Hmm… siapa orang Indonesia yang tidak tahu nasi goreng, sungguh…dia yang tidak tahu termasuk orang yang “kudet”.
Makanan yang awal mulanya berasal dari daratan Cina ini masuk ke Indonesia menjadi salah satu makanan favorit. Apalagi diracik lagi dengan bumbu-bumbu khas nusantara.
Nasi goreng hampir menjadi makanan keseharian diwaktu pagi sebelum berangkat ke sekolah saat masa kecilku dahulu. Bagaimana tidak, masakan praktis ibu untuk sarapan anaknya adalah nasi goreng.
Kebiasaan ini pun tertular kepada anak-anakku saat mereka akan berangkat ke sekolah, sarapan nasi goreng nuget jadi andalan istriku.
Membuat nasi goreng bisa
dengan cara mudah dan bisa juga dengan cara susah. Cara mudah artinya hanya
dengan bawang putih, telur, garam, kecap, dan nasi sudah bisa menjadi sebuah
santapan yang enak. Apalagi dibuat dengan cara yang susah seperti dengan bumbu
yang lengkap, maka akan lebih terasa nikmat.
Inilah sekelumit ceritaku….
Cerita tentang nasi goreng tidak akan ada habisnya, salah satu cerita tentangnya adalah pada saat Presiden FSPM, brother Husni dan Sekum FSPM, brother Galih berada di Jogja untuk hadir dalam sebuah acara pelantikan pengurus serikat. Karena waktu itu bulan Ramadhan, kemudian kami keluar hotel untuk memesan makanan untuk makan sahur.
Tidak jauh dari tempat mereka menginap, hanya dengan berjalan kaki sekitar 200 meter terdapat sebuah warung tenda kali lima yang menjual berbagai makanan khas Cina (Chinese food). Menjadi menarik perhatianku ketika di warung tenda tersebut, terdapat sebuah menu Nasi Goreng Gila pada lembaran menunya.
Ibu si pemilik warung tenda tersebut cukup familiar dengan brother Husni, sambil memasak pesanan orang lain langsung berkata “Wah ketemu lagi, pesan seperti biasanya Mas?” kepada brother Husni. Kemudian dijawablah langsung dengan lantang “Iya Bu”. Ibu itupun menjawab “Ok siap Mas, habis masak ini langsung saya buatkan”.
Apa yang dimaksud oleh ibu si pemilik warung tenda itu “pesan seperti biasanya” kepada brother Husni adalah Nasi Goreng Gila. Akupun bertanya ke brother Husni, “Apa istimewanya nasi goreng gila itu?”, lalu dijawabnya “Ntar dilihat sendiri aja”, dan aku pun menjadi penasaran.
Sementara itu brother Galih masih membaca-baca lembaran menu dan setelah itu memutuskan untuk memesan Mie Goreng dan tambahan Nasi Putih dibungkus terpisah. Aku dan brother Agung Lim tidak memesan makanan karena akan sahur di rumah kami masing-masing karena tidak menginap di hotel.
Ternyata, warung tersebut merupakan langganan kawan-kawan termasuk brother Husni dan brother Galih juga brother Agung Lim pada saat acara pelatihan FSPM dan FSBMM yang dilaksanakan beberapa bulan sebelumnya. Pantas saja ibu si pemilik warung sudah begitu familiar dengan mereka, karena selepas pelatihan di siang sampai sore, malamnya sebagian besar peserta makan di warung tersebut. Hal ini berlangsung hampir selama 4 hari acara berlangsung. Aku memang tidak tahu karena saat itu tidak bisa mengikuti acara karena sedang “isoman” akibat terpapar omicron.
Selesai ibu si pemilik warung itu membuat masakan pesanan pak Presiden, begitu terbelalaknya mataku meilhat porsi makanannya yang begitu melimpah ruah. Sungguh diluar dugaanku, nasi goreng dengan porsi sebesar itu. Pak Presiden melihat ekspresi wajahku lalu mendekat dan berkata “Ini maksudnya Nasi Goreng Gila itu, porsinya yang gila, he..he..he.. dan rasanya pun juga enak”. Akupun manggut-manggut tersenyum dan sambil berkata dalam hati, apakah dengan porsi sebanyak itu Presidenku akan memakan habis semuanya?.
Keesokan harinya kami melanjutkan acara pertemuan konsolidasi dan Rapat FSPM Regional DIY-Jateng di Borobudur. Saat menunggu dijemput oleh brother Wawang dari SPM Amanjiwo Borobudur Magelang (SPMABM), aku pun bertanya kepada pak Presiden dan pak Sekum, “Gimana sahurnya tadi, makanannya habis kan?”, lalu dijawab dengan senyuman oleh keduanya.
Sesampainya di Borobudur,brother Wawang mengajak kedua petinggi FSPM tersebut mampir dulu di Hotel Amanjiwo untuk bertemu Anggota SPMABM dan HRD Hotel Amanjiwo, kemudiansiangnyadalam kondisi panas matahari keduanya diajak “tour de hotel” oleh brother Tovy, anggota SPMABM dari bagian Front Office.
Karena dalam keadaan puasa Ramadhon akupun berkata dalam hati, he…he…he… untunglah pak Presiden dan pak Sekum tadi pagi sahur banyak dengan Nasi Goreng Gila dan Mi Goreng Jumbo + Nasi Putih.
Malam selepas acara di Borobudur dan kembali ketempat brother Husni menginap, aku bertanya kepadanya, “Pak Pres, nanti mau sahur apa?”, dijawab langsung dengan cepat oleh brother Husni, “biasa… Nasi Goreng Gila”. Akupun tersenyum dan berkata,”Ok, pak Pres”, dan sambil berkata dalam hati, oh… biar perjalanan jauhnya besok kembali ke Bekasi supaya tetap “tahes” he…he…he....
Itulah ceritaku tentang Nasi
Goreng Gila.